Cemburukah Dia padaku yg selama ini aku tak sadar telah berpaling dari-Nya dan berpaling pada yang lain? seolah-olah Dia berkata kepadaku: “Hai Anam, sudah sering aku bilang kepadamu bahwa dirimu tidak akan pernah bahagia tanpa-Ku, tapi kenapa engkau masih saja mau berpaling dari-Ku? Tak tahukah kamu bahwa selama ini Aku sangat menghawatirkanmu dan benar-benar tidak rela jika kamu tidak merasakan bahagia? Oleh sebab itu Aku akan buat dirimu jauh dari selain-Ku agar kau kembali bersama-Ku dan lebih dekat kepadaKu. Hanya dengan cara seperti itulah kamu akan bahagia. Mungkin untuk sementara waktu kamu akan merasa sakit karena Aku tahu bahwa dirimu telah begitu terikat dengan selain-Ku. Namun ketahuilah bahwa sekali kamu bersamaKu dan mengetahui betapa diriKu benar-benar tidak ada bandingannya dengan yang lain dan kamu mulai terikat dengan diriKu, maka disitu kamu akan mulai merasakan kenikmatan dan kebahagiaan yg tiada tara, kenikmatan yg belum pernah kamu rasakan sebelumnya dengan yang lain. Ketahuilah bahwa kebahagiaan yg akan Kuberikan itu bisa kau nikmati kapan saja sampai ajal menjemputmu atau bahkan lebih dari itu, karena Aku tidak akan pernah beranjak darimu, sementara kekasih-kekasih semu-mu itu mau tidak mau pasti akan meninggalkan dan beranjak darimu, tak peduli apakah kamu begitu mencintainya atau tidak. Satu hal yang Aku pinta darimu.. bersabarlah… bersabarlah!!! Sungguh Aku sayang padamu lebih dari segalanya dan lebih dari siapapun, maukah engkau membalas sayang dan cintaKu ini wahai Anam kasihKu?”
link to hemorrhoids resources.
25 Juni, 2009
Tuhan Cemburu Padaku...
Label: Refleksi Kehidupan
Diposting oleh M che anam di 11.40 0 komentar
12 Maret, 2009
TERBANG BERSAMA KEHENINGAN
BERAT, itulah kata yang bisa mewakili tantangan hidup kekinian. Orang miskin dihadang penyakit di sana-sini. Orang kaya alisnya dibikin berkerut oleh berbagai masalah. Sebagian malah sudah dipenjara, sebagian lagi menuggu giliran untuk beristirahat di tempat yang sama. Manusia biasa menggendong berbagai beban ke sana ke mari (dari mencari nafkah, menyekolahkan anak sampai dengan mempersiapkan hari tua), pejabat maupun pengusaha juga serupa: senantiasa ditemani masalah kemanapun ia pergi. Di desa banyak orang mengeluh, luas tanah tetap namun jumlah manusia senantiasa tambah banyak. Sehingga setiap tahun memunculkan tantangan penciptaan lapangan kerja. Bila tidak terselesaikan ia bisa lari kemana-mana. Dari kejahatan sampai dengan kekerasan.
Digabung menjadi satu, jadilah kehidupan berwajah serba berat di sana-sini. Tidak saja di negara berkembang, di negara maju sekali pun tantangannya serupa. Kemajuan ekonomi Jepang yang demikian fantastis tidak bisa mengerem angka bunuh diri. Kemajuan peradaban Amerika tidak membuat negara ini berhenti menjadi konsumen obat tidur per kapita paling tinggi di dunia. Jangankan berbicara negeri Afrika seperti Botswana. Rata-rata harapan hidup hanya 30-an tahun. Orang dewasa di sana lebih dari 80 persen positif terjangkit HIV. Sehingga menimbulkan pertanyaan, "Demikian beratkah beban manusia untuk hidup?"
Ada sahabat yang menghubungkan beratnya hidup manusia dengan hukum gravitasinya Newton yang berpengaruh itu. Sudah menjadi pengetahuan publik, kalau Newton menemukan hukum ini ketika duduk di bawah pohon apel, dan tiba-tiba buahnya jatuh.
Sehingga Newton muda berspekulasi ketika itu, ada serangkaian hukum berat (baca: gravitasi) yang membuat semua benda jatuh ke bawah. Sahabat ini bertanya lebih dalam, "kalau gravitasi yang menarik apel jatuh ke bawah, lantas hukum apa yang membawanya naik ke puncak pohon apel?" Dengan jernih ia menyebut "The law of levitation" (hukum penguapan). Kalau gravitasi menarik apel ke bawah, penguapan menariknya ke arah atas.
Dalam bahasa yang lugas sekaligus cerdas, sahabat ini mengaitkan kedua hukum fisika ini ke dalam dua hukum kehidupan: "Hate is under the law of gravity, love is under the law of levitation."
Kebencian berkait erat dengan gravitasi karena mudah sekali membuat manusia hidup serba berat dan ditarik ke bawah. Cinta berkaitan dengan gerakan-gerakan ke atas. Karena hanya cinta yang membuat manusia ringan dan terbang ke atas. Sungguh sebuah bahan renungan kehidupan yang cerdas dan bernas.
Kembali ke soal hidup manusia yang serba berat, tidak ada manusia yang bebas sepenuhnya dari masalah. Bahkan ada yang menyederhanakan kehidupan dengan sebuah kata: penderitaan! Hanya saja kebencian berlebihan yang membuat semua ini menjadi semakin berat dan semakin berat lagi. Ada yang benci pada diri sendiri, ada yang membenci orang tua, suami, istri, teman, tetangga, atasan kerja, sampai dengan ada yang membenci Tuhan.
Perhatikan wajah-wajah manusia kekinian yang miskin senyum, yang mudah tersinggung, yang senantiasa minta diperhatikan, penerimaan bulanan yang serba kurang, dan masih bisa ditambah lagi dengan yang lain. Semuanya berakar pada yang satu: kebencian! Sehingga mudah dimengerti kalau perjalanan hidup seperti buah apel, semakin tua semakin berat dan semakin ditarik ke bawah.
Terinspirasi dari sinilah, kemudian sejumlah guru mengurangi sesedikit mungkin berjalan dalam hidup dengan beban-beban kebencian. Dan mencoba menarik kehidupan ke atas menggunakan sayap-sayap cinta. Semua perjalanan cinta mulai dari sini: mencintai kehidupan. Makanya sahabat-sahabat penekun meditasi Vipasana berkonsentrasi pada keluar masuknya nafas. Tidak saja karena membuat manusia mudah terhubung dengan hidup, tetapi berpelukan penuh cinta dengan kehidupan. Dan segelintir penekun Vipasana yang telah berjalan amat jauh, kemudian mengalami cosmic orgasm. Semacam orgasme kosmik yang ditandai oleh terlihatnya keindahan di mana-mana. Karena semuanya terlihat serba indah, tidak ada lagi dorongan untuk mencari jawaban. Bahkan pertanyaan sekalipun sudah lenyap dari kepala. Ini yang disebut seorang guru dengan terbang bersama keheningan.
Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Dainin Katagiri dalam Returning to Silence, menyebutkan: "The final goal is that we should not be obsessed with the result, whether good, bad or neutral." Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, kerja dan kerja. Dalam kerja seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit. Ada awan tidak ada awan, matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari dimana pun ia akan terbenam.
Mirip dengan matahari yang tugasnya berbeda dengan awan dan bintang. Kita manusia juga serupa. Pengusaha bekerja di perusahaan. Penguasa bekerja di pemerintahan. Pekerja bekerja di tempat masing-masing. Penulis menulis. Pertapa bertapa. Pencinta yoga beryoga. Pengagum meditasi bermeditasi. Semuanya ada tempatnya masing-masing. Ada satu hal yang sama di antara mereka: "Menjadi semakin sempurna di jalan kerja". Soal hasil, sudah ada kekuatan amat sempurna yang sudah mengaturnya. Keinginan apalagi kebencian, hanya akan membuatnya jadi berat dan terlempar ke bawah.
oleh Gede Prama
Label: Refleksi Kehidupan
Diposting oleh M che anam di 04.13 3 komentar
12 Februari, 2009
Aku TAk Bisa Lagi Menyanyi
Karya: H. Mustafa Bisri
Aku tak bisa lagi menyanyi...
Bagiku kini tak ada lagi lirik dan musik yg menarik
Utk kunyanyikan bersamamu atau sendiri
Burung2 terlalu berisik
Mendendangkan apa saja setelah merdeka
Membuatku tak dapat lagi mengenali lagi suaramu atau suaraku sendiri
Taman tempat kita istilah becek darah
Yg seharusnya tak tumpah
Jalan-jalan tempat kita mendekatkan hati
Terturup dihadang geram dan amarah
Malam2 tempat menyembunyikan cinta
Telah dionarkan kobaran kebencian
Daging2 yg selama ini kita manjakan pun itu terpanggang api dendam
Udara diseputar kita meluapkan bau telalu anyir
Dan lala2t berpesta dimana2
Bagaimana aku bisa menyanyi
Aku tak mampu meski menyayikan lagu duka
Aku tak bisa mengadukan duka pada duka
Mengeluhkan luka pada luka
Senar gitarku putus
Dan aku tak yakin mampu menyambungnya lagi
Dan langitpun seolah sudah muak dng lagu2 bumi yg sumbang
Maaf sayang aku tak bisa lagi menyanyi bersamamu atau sendiri
Entah jika tiba2 Nabi Daud datang dng seruling ajaibnya
November 1998
Label: Refleksi Kehidupan
Diposting oleh M che anam di 02.29 11 komentar
26 Januari, 2009
Dekapan dekapan ibu
oleh Gede Prama:
Semua orang lahir dari seorang ibu
Kita satu badan dengan ibu selama sembilan bulan
Dipeluk dan dibelai selama bertahun-tahun
Dinyanyikan dan dibumbui cerita sebelum tidur
Bahkan saya disusui ibu sampai umur 9 tahun
Sehingga dalam bahasa sederhana
Ibu tidak saja memberi bibit biologis
Ia juga memberi berlimpah cinta
Siapa saja yg menyebut diri kurang cinta
Ia menghina ibunya
siapa yang gagal mencintai hidupnya
Ia menghianati ibunya
Lebih2 orang yg hidup tanpa cinta
Ia membuat ibunya penuh derita
Label: Refleksi Kehidupan
Diposting oleh M che anam di 01.29 0 komentar
06 Maret, 2008
Anstonom: Kiamat 7,6 miliar Tahun Lagi
Ini adalah sebuah berita yg aku kutip dari Antara.co.id
Paris (ANTARA News) - Berita penting: Konon Bumi akan terpanggang dan kemudian ditelan oleh Matahari yang sekarat.
Namun demikian, anda jangan cepat panik, karena menurut para astronom kematian planet Bumi masih lama, yakni 7,6 miliar tahun lagi.
Kalkulasi tak biasa ini muncul pada jurnal Inggris, Astrophysics atau pada http://uk.arxiv.org/.
Robert Smith, korektor naskah emiritus astronomi di University of Sussex, Inggris selatan, sebelumnya memperhitungkan bahwa ketika Matahari kehabisan bahan bakarnya, Matahari akan berkembang menjadi "raksasa merah" yang berbahaya.
Namun demikian, sekalipun menjadi garing seperti kerupuk, Bumi akan selamat dari kehancuran total, kata Smith, seperti dilaporkan AFP.
Menurut Smith, yang bekerja dengan Dr. Klaus-Peter Schroeder di Universitas Guanajuato, Meksiko, merenggangnya atmosfir bagian luar Matahari menyebabkan Bumi mengorbit di lapisan luar atmosfir yang kepadatannya sangat rendah.
"Tarikan itu disebabkan oleh gas dengan kepadatan rendah ini cukup untuk mengakibatkan Bumi mengapung di dalamnya dan akhirnya ditangkap dan dipanggang menjadi uap oleh Matahari.
Sebelum persitiwa ini, kehidupan di Bumi akan menjadi sedikit kurang menyenangkan. Miliaran tahun dari sekarang, saat Matahari secara perlahan mengembang, lautan akan menguap, dengan memenuhi atmosfir dengan uap air dan memicu pemanasan besar-besaran.
Dua opsi
Smith menguraikan secara terinci dua opsi, keduanya seperti fiksi ilmiah, untuk menghindari nasib malang seperti ini.
Yang pertama memanfaatkan dorongan gravitasi dari asteroid yang melintas untuk secara lembut menarik Bumi keluar dari zona bahaya.
Dorongan kecil setiap 6.000 tahun ini cukup bagi kehidupan untuk bertahan paling tidak lima miliar tahun lagi, asalkan salah perhitungan tidak menyebabkan asteroid tersebut malah menghantam Bumi dan bukannya melintas dalam jarak dekat, katanya.
"Solusi yang aman tampaknya adalah membangun armada "rakit kehidupan" antar-planet yang dapat melakukan manuver dengan sendirinya keluar dari jangkauan Matahari, namun cukup dekat untuk menggunakan energinya, katanya. (*)
penelitian ilmiah perihal kehancuran bumi itu bagiku bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Dalam kaitannya dng kiamat bagaimanapun juga hanya Tuhan sajalah yg tahu. Bisa bbrp detik dari sekarang dan bisa juga 7,6 miliar tahun lagi seperti diramalkan oleh para anstronom itu. Sebagai orang Muslim, bagaimana tanggapan saudara ttg berita tsb?
Label: Curhat, Refleksi Kehidupan
Diposting oleh M che anam di 12.45 0 komentar
28 Februari, 2008
MEMAAFKAN ITU MENYEMBUHKAN
Oleh: Gede Prama
Kolam kebencian tidak bertepi, mungkin itu sebutan yang cocok untuk tahun 2001. Ada kebencian terhadap Amerika karena menyerang Afghanistan, ada kebencian terhadap Osama karena dituduh menghancurkan gedung WTC New York, ada kebencian terhadap pemerintah karena tidak menunjukkan kinerja yang meyakinkan, ada kebencian terhadap DPR karena tidak habis-habisnya dilanda skandal, ada kebencian terhadap suku atau agama lain karena terlibat perang dan kerusuhan, ada kebencian terhadap pengusaha besar karena dicurigai mencuri uang negara, ada kebencian terhadap oknum aparat yang tidak berhenti-berhenti korupsi, dan masih banyak lagi daftar kebencian lainnya.
Apa yang bisa diproduksi oleh kebencian ? Kita bisa lihat sendiri disamping pengangguran yang berjumlah puluhan juta orang, juga secara amat meyakinkan kita sedang memproduksi masa depan yang amat menakutkan. Tidak hanya pernikahan yang beranak pinak, kebencian bahkan bisa menghasilkan anak, cucu, cicit dengan wajah-wajah yang lebih menakutkan. Lihatlah sejarah, di sana sudah tertulis banyak sekali catatan tentang kebencian yang beranak pinak, dan kemudian menghasilkan kehidupan yang mengerikan.
Mirip dengan sebuah cerita Zen tentang dua orang pendeta yang mau berenang menyeberangi sungai. Tiba-tiba ada wanita cantik yang berteriak di belakang meminta digendong. Dan pendeta lebih tuapun menyanggupinya. Dua jam setelah kejadian itu berlalu, pendeta yang lebih muda bertanya : ‘kenapa abang sebagai pendeta mau menggendong wanita cantik tadi ?’. Dengan sedikit kesal pendeta tua berucap : ‘saya sudah menurunkan tubuh wanita tadi dua jam yang lalu, namun kamu menggendongnya sampai dengan sekarang’.
Demikianlah cara kerja kebencian. Oleh karena sebuah atau beberapa kejadian yang sudah lewat di masa lalu – sebagian bahkan sudah lewat ratusan tahun yang lalu – sebagian orang menggendong kebencian bahkan sampai ketika dipanggil sang kematian. Sehingga praktis seumur hidup orang-orang seperti itu isi waktunya hanya kebencian, kebencian dan hanya kebencian. Anda pasti sudah tahu sendiri akibat yang ditimbulkan oleh semua itu. Jangankan doa dan perjalanan menuju Tuhan, tubuh dan jiwanya sendiri pasti dikunjungi berbagai macam penyakit.
Dalam keadaan begini, tidak ada pilihan lain terkecuali belajar dan mendidik diri untuk melupakan kebencian serta mulai memaafkan orang lain. Ya sekali lagi memaafkan orang lain. Inilah sebuah kegiatan yang amat sulit di zaman ini. Berat, sulit, tidak mungkin, tidak bisa itulah rangkaian stempel yang diberikan kepada seluruh upaya untuk memaafkan orang lain. Saya bahkan menemukan orang-orang dengan beban tidak bisa memaafkan dalam jumlah yang tidak terhitung.
Sehingga ini semua menyisakan pekerjaan rumah yang besar bagi saya (dan mungkin juga Anda), terutama bagaimana berjalan dalam hidup dengan sesedikit mungkin beban kebencian. Di titik ini, mungkin ada manfaatnya mengutip apa yang pernah ditulis Rabindranath Tagore dalam The Heart of God : ‘when the far and the near will kiss each other, and life will be one in love’. Bila yang jauh berciuman dengan yang dekat, maka kehidupan menyatu dalam cinta. Mungkin kedengarannya puitis sekaligus mengundang alis berkerut.
Yang jauh, setidaknya menurut saya, adalah kejadian-kejadian di masa lalu sekaligus harapan-harapan kita akan masa depan. Yang dekat adalah kehidupan kita yang riil dan nyata di hari ini. Dan keduanya tidak mungkin disatukan oleh kebencian. Ia jauh lebih mungkin dijembatani oleh kesediaan untuk memaafkan. Dan dari sinilah lahir bibit-bibit unggul cinta buat sang kehidupan.
Dan bibit-bibit unggul cinta ini, mungkin saja bisa menyembuhkan orang yang dimaafkan. Tetapi yang jelas, kegiatan memaafkan pasti menyembuhkan siapa saja yang mau dan rela memaafkan. Seperti baru saja meletakkan beban berat yang lama tergendong di bahu, demikianlah rasanya ketika kita rela memaafkan orang lain. Keyakinan ini bukannya tanpa bukti, Bernie Siegel dalam karya best seller-nya yang berjudul Love, Medicine and Miracles mengajukan sebuah bukti meyakinkan. Sebagaimana ia tulis secara amat percaya diri di halaman 202 bukunya, Siegel telah mengkoleksi 57 kasus keajaiban kanker. Di mana ke lima puluh tujuh orang ini sudah positif terkena kanker, dan begitu mereka menghentikan secara total dan radikal kebencian, depresinya menurun drastis, dan yang paling penting tumornya mulai menyusut. Sebagai kesimpulan, Siegel menulis : ‘when you give love, you receive it at the same time. And letting go of the past and forgiving everyone and everything sure helps you not to be afraid’. Ketika Anda memberi maaf, Anda juga menerimanya pada saat yang sama. Dan kesediaan untuk melepas masa lalu dengan cara memaafkan, secara meyakinkan membantu Anda keluar dari kekhawatiran.
Dan mohon dicatat kalau kesimpulan ini datang dari Berni Siegel yang nota bene salah seorang ahli bedah di Amerika sana. Kembali ke cerita awal tentang lautan kebencian yang tidak bertepi, bila kita sepakat agar republik ini secepat mungkin mengalami penyembuhan, bisa jadi saran Siegel ini layak direnungkan kembali. Saya dan Anda mungkin bukan penentu di republik ini, tetapi kita bisa memulainya dengan kehidupan kita masing-masing. Entah itu memaafkan isteri, suami, musuh, diri sendiri, atau siapa saja. Seperti telah diingatkan Rabindranath Tagore, bukankah itu bisa membuat sang kehidupan menyatu dalam cinta ?
Source: Iloveblue.com
Label: Refleksi Kehidupan
Diposting oleh M che anam di 23.18 0 komentar