Salam damai dan sejahtera...Selamat datang di situs saya: M Che Anam's Blog

19 Januari, 2008

Membantu Anak Mengembangkan Bakat

Bakat merupakan berkah dari Sang Maha Kuasa ataukah hasil dari pola asuh lingkungan masih menjadi hal yang disampaikan dengan ragu-ragu. Tak jarang, orangtua beranggapan, anak yang lahir dari ibu-bapak yang punya kecerdasan pas-pasan, maka anaknya akan demikian juga kelak. Itu salah satu anggapan bahwa 'bakat' memang diturunkan. Benarkah demikian?

Suatu studi yang dilakukan pada 1954 menunjukkan bahwa kecerdasan dapat dibina. Hal ini dibuktikan oleh Aaron Stern dari AS dengan memberikan stimulasi pada anak perempuannya, Edith, setiap hari satu kata baru dengan menggunakan flash card, mendengarkan musik klasik dan berbahasa orang dewasa (bukan bahasa bayi).

Hasilnya, pada usia belum genap satu tahun, Edith dapat berbicara dalam kalimat lengkap, pada usia lima tahun ia berhasil membaca semua jilid ensiklopedi Britannica dan pada usia 12 tahun diterima di Michigan State University. Luar biasa bukan?

Anak lain Ruth Lawrence dari Inggris, sejak kecil orangtuanya memberikan stimulasi musik dan mainan sehingga pada usia 9 tahun bisa lulus dari O Level Cambridge, dan usia 12 tahun lulus A level diterima di Oxford University. Semua kehebatan ini sebagai bukti hasil langsung dari latihan dan stimulasi yang dialaminya, bukan karena 'gen hebat' dari orangtua.

Howard Gardner dengan teori Multiple Intelligence memperkenalkan adanya 8 jenis kecerdasan. Menurut Gardner, mereka yang cerdas adalah mendapat nilai tinggi dalam sebagian besar 8 jenis kecerdasan. Meskipun jarang sekali yang mampu memenuhi, rata-rata orang mendapat nilai tinggi dari empat sampai lima di antara kecerdasan tersebut. Misalnya Albert Einstein, selain seorang ilmuwan, ia juga ahli matematika dan pemain biola andal. Begitu juga Leonardo da Vinci yang dikenal memiliki multitalenta. Da Vinci hebat di bidang olahraga, seni arsitektur, melukis, matematika dan fisika.

Dengan berbagai contoh di atas, jelaslah bahwa orangtua memiliki peran penting dalam mengembangkan bakat anak. Berbagai studi dalam bidang psikologi, menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, Kepala Pusat Keberbakatan Faktultas Psikologi Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa orangtua merupakan salah satu sumber untuk mengidentifikasi keberbakatan pada anak. Namun 75% orangtua baru menyadari bahwa anaknya punya 'bakat' saat si anak berusia 3 tahun.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan orangtua sebagai lingkungan yang kondusif bagi pengembangkan diri anak, menurut Reni, mengutip pendapat Amabile (1989), adalah:

1. Kebebasan
Orangtua perlu memberikan rasa bebas, tidak selalu berusaha mengendalikan anak dan tidak merasa cemas berlebihan dengan apa yang dilakukan anak.

2. Rasa hormat
Orangtua menghargai keberadaan anak sebagai individu yang unik dan memiliki kemampuan tertentu

3. Kedekatan emosional
Orangtua tidak bersikap posesif yang menyebabkan anak memiliki sikap ketergantungan pada orang lain

4. Penanaman nilai
Orangtua menanamkan nilai-nilai yang perlu diketahui anak dalam hidupnya, bukan menjejali berbagai macam aturan yang 'menyeramkan'

5. Penekanan prestasi
Anda lebih menekankan pentingnya meraih hal sebaik mungkin, bukan semata-mata memperoleh angka tinggi di rapor

6. Minat
Ibu-ayah perlu memiliki keberagaman minat dengan tidak menekankan pada perbedaan status sosial ataupun tuntutan sosial

7. Hargai kreativitas
Anda mendukung anak untuk melakukan hal-hal kreatif melalui tersedianya peralatan dan pengalaman baru yang menarik.

8. Visi
Anda harus memiliki visi yang jelas menyangkut buah hati bahwa mereka mampu melakukan hal-hal luar biasa, kreatif sesuai dengan bakat serta keterampilan yang dimilikinya.

Source: hanyawanita.com